Orangpos
Ada satu artikel menarik oleh Agung Praptapa adalah dosen UNSOED dan Direktur AP Consulting, yang memberikan motivasi luar biasa.
jika selama ini kita merasa lemah dan takut gagal, maka anda wajib membacanya, terutama All DBS Member:
Anda pernah gagal? Jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan kalau Anda pernah gagal. Mari kita tinjau kembali apakah benar Anda gagal. Jadi, yang pertama-tama harus kita lakukan adalah, kita pahami dengan lapang dada, apa sebenarnya gagal itu?
Secara sederhana, gagal berarti kita tidak berhasil mendapatkan apa yang kita ingin dapatkan. Hendra ingin memacari Dewi, tetapi Dewi tidak mau menjadi pacar Hendra. Maka dapat dikatakan bahwa Hendra gagal memacari Dewi. Benarkah Hendra gagal? Sudahkah Hendra menyatakan maksudnya pada Dewi? Apabila sudah, dan Dewi menolak maksud Hendra, sudahkah Hendra mencoba lagi dengan menyatakan maksudnya?
Dalam banyak kasus orang sudah memvonis dirinya gagal, padahal mereka belum pernah mencobanya sekalipun. “Mana mungkin? Rasanya aku bukan kelasnya! Sainganku luar biasa, enggak mungkin aku yang akan jadi juaranya!” Kata-kata tersebut sering muncul dari orang yang hobinya mengatakan dirinya gagal, padahal dia belum pernah mencobanya sama sekali. Jadi, di sini orang baru pada tahap ‘merasa’ gagal. Belum ada kepastian bahwa orang itu benar-benar gagal, karena memang belum mencobanya sama sekali. Ini adalah kelompok orang gagal karena tidak ada nyali!
Tingkatan berikutnya adalah orang sudah mencoba dan belum berhasil, kemudian mereka mengatakan bahwa dirinya gagal. Pada tahap ini orang sudah mencoba, belum berhasil, tetapi tidak mencobanya lagi. Baru mencoba sekali! Memangnya ada orang yang sempurna yang bisa menjamin bahwa sekali coba pasti berhasil? Kok, sombong sekali baru sekali mencoba dan belum berhasil, kemudian kita mengatakan bahwa kita gagal? Kelompok orang yang merasa gagal pada tahap ini adalah termasuk golongan orang gagal karena sombong!
Ada pula orang yang mencoba sekali belum berhasil, kemudian mencoba lagi, belum berhasil pula. Tetapi kemudian, dia mencoba lagi dan belum juga berhasil. Kemudian, dia berhenti mencoba dan menyatakan dirinya gagal. Lho? Kok, berhenti mencoba? Iya, sudah berulang kali mencoba tetapi belum berhasil juga! Memangnya kita yakin kalau mencoba sekali lagi, dijamin akan tidak berhasil lagi?
Kasus seperti ini pernah terjadi pada penggagas minuman bersoda yang sekarang kita kenal dengan 7UP. Pada mulanya, manusia kreatif ini mencoba ramuan minuman bersoda yang kemudian diberi nama 1UP (First Up). Merek 1UP saat itu belum berhasil diterima oleh pasar sehingga dimodifikasi lagi ramuannya, dan kemudian diberi nama 2UP (Second Up). Ini pun belum diterima oleh pasar. Maka, dicoba lagi 3UP, 4UP, 5UP, sampai 6UP. Sampai di sini dia menyerah.
Dia merasa sudah cukup mencoba dan ternyata belum berhasil juga. Dia menyatakan dirinya gagal! Nah, ada orang lain yang melihat modifikasi ramuan yang sudah enam kali tersebut sangat sayang apabila dihentikan. Maka, orang lain ini mencoba memodifikasi lagi minuman bersoda tadi, yang kemudian diberi nama 7UP (Seven Up). Ternyata, 7UP berhasil! Bayangkan, sebenarnya tinggal satu langkah lagi berhasil!
Orang yang merasa gagal pada tahapan ini disebut orang gagal karena menyerah! Ini menyerah yang cukup terhormat karena sudah berulang kali mencoba. Hanya saja kita dihadapkan pada risiko rugi! Bagaimana tidak rugi, karena kalau saja kita mencoba sekali lagi, kita akan berhasil, bukan? Tetapi, kalau mencoba sekali lagi, tidak ada jaminan akan berhasil, bukan? Ya, benar. Makanya, mencoba lagi ataupun berhenti mencoba pada tahapan ini sama-sama menghadapi risiko, yaitu risiko rugi. Kalau kita—setelah mencoba berulang kali dan mencobanya sekali lagi—ternyata belum berhasil juga, maka keputusan berhenti tersebut cukup dapat diterima. Kok, hanya cukup dapat diterima? Iya, karena kalau dicoba sekali lagi mungkin juga akan berhasil. Siapa tahu?
Tentang seberapa mudah orang menyerah dapat diilustrasikan dengan tipe-tipe pendaki gunung. Ada pendaki gunung yang baru melihat tingginya gunung tersebut kemudian langsung menyerah. Mereka memastikan dirinya sendiri tidak akan mampu mendaki walaupun belum dicoba. Tipe pendaki gunung ini sering disebut sebagai quiter, yaitu belum apa-apa sudah menyerah.
Tipe pendaki gunung berikutnya adalah camper, yaitu pendaki gunung yang sudah mencoba mendaki, tetapi pada saat memperoleh hambatan ataupun saat mulai kelelahan mereka lebih memilih pasang tenda, istirahat, dan besoknya turun gunung. Mereka merasa cukup mencoba, segitu saja cukup!
Tipe ketiga yaitu climber, adalah tipe pendaki gunung sejati. Mereka akan terus mendaki sampai puncak. Apa pun yang terjadi mereka tidak akan menyerah.
Benarkah kita bisa tidak pernah menyerah? Kalau sudah mencoba berkali-kali tetapi belum berhasil, haruskah kita terus mencoba sampai mati? Tentunya tidak! Ada titik di mana kita harus ganti haluan. Ganti haluan? Iya, ganti haluan. Kita tetapkan tujuan baru, kita tetapkan keinginan baru, kita berfokus pada suatu hal yang baru, dan kita tinggalkan apa yang kita belum berhasil tetapi sudah kita coba berkali-kali tersebut!
Kita sekarang berfokus pada keinginan baru. Kita pergi meninggalkan keinginan atau tujuan yang belum kunjung kita dapatkan! Ibarat pacaran, kita tidak biarkan pacar kita yang memutuskan kita, tetapi kitalah yang memutuskannya, karena ada gebetan baru! Jadi, enggak ada kata gagal? Iya, benar! Orang cerdas tidak perlu kata menyerah, tidak perlu kata gagal. Yang ada adalah, kita ganti keinginan baru. Kita berfokus pada tujuan baru![ap]
Tentukan Langkah Anda.... Tetap Semangat...
No comments:
Post a Comment