11 July 2009

Aku Cinta Jusuf Kalla



Pemilu Sudah Berakhir...dan dipastikan JK Kalah...dari pesaingnya...
Tapi...apakah anda sudah tahu mengapa JK Kalah...?

Hasil quick count menunjukkan bahwa pasangan SBY-Boediono sangat telak meraih kemenangan di antara 2 calon lainnya. Yang cukup mengherankan, JK-Wiranto ternyata hanya meraih dukungan 13% suara. Suara terbesar JK diperoleh di Sulawesi Selatan dan Maluku.

Umumnya semua relawan JK-Wiranto bekerja sudah optimal, hanya mesin partai Golkar yang sepertinya sengaja dimatikan. Hanya di Sulsel mesin Golkar yang hidup. Bagi saya JK-Wiranto adalah Tokoh Pembaharuan Politik. Banyak pelajaran dan hikmah yang dapat dipetik. Tanpa harus menjawab pertanyaan pada topik ini, Kita sebagian besar rakyat Indonesia sudah bisa membaca,tentang perubahan besar2-an yang akan terjadi dalam waktu singkat dalam tubuh GOLKAR. Kita sudah berbuat dan akan berusaha terus, soal kemenangan bukan ditangan kita keputusannya. Kekalahan itupun lebih banyak hikmahnya.

Sudah menjadi rumor, bahwa dalam tubuh Golkar sendiri, terdapat banyak faksi. Mulai dari faksi yang berlatar orde baru "Trio A" (Akbar Tanjung, Agung Laksono, Aburizal Bakrie), dan faksi reformis (Surya Paloh dan Jusuf Kalla). Kedua kubu ini saling berseberangan satu sama lain. Puncaknya, kubu reformis berhasil menumbangkan kelompok Trio A dalam konvensi, sehingga Jusuf Kalla naik sebagai Ketua Umum.

Namun, , ini bukan berarti trio A ini tinggal diam. Detik.com melansir, bahwa ditengarai Trio A ini menggalang dukungan, sampai melakukan sogok-menyogok kepada 400 DPD Golkar, untuk tidak mendukung JK-Wiranto. Banyak sekali kekecewaan Trio A ini kepada JK, utamanya ketika JK mencari calon pendamping cawapres, tidak satu pun dari trio A ini yang dipilih JK. Oleh karena itu, dengan kekalahan JK dalam Pilpres, semakin memperkuat alasan bagi mereka untuk mensegerakan Munas untuk melengserkan JK.

Pak JK sebenarnya sudah membaca kemungkinan skenario ini, dan beliau dari awal sudah menyatakan, dia mengizinkan Munas dipercepat apabila dia gagal meraih kemenangan pilpres. Karena dari kubu reformis di tubuh Golkar telah melakukan penyisiran, hanya 150 DPD yang mendukung JK. Sehingga, kekalahan ini memang sudah diprediksi sejak awal.

Hikmah kedua, kekalahan ini lebih berarti bagi putera Sul-Sel, karena Pak JK sudah berjanji akan kembali ke Makassar dan membangun kampung halamannya. Mengapa demikian? Isu etnis, masih menjadi momok bagi orang Bugis Makassar sehingga kesulitan untuk mencalonkan diri menjadi pemimpin bangsa. Sudah menjadi rahasia umum kalau bangsa ini didominasi pendapat bahwa etnis Jawa, masih menjadi pilihan utama untuk meraih kepemimpinan puncak. Kalau pun misalnya Pak JK menang, tidak menutup kemungkinan, dia akan mudah digoyang, bahkan dilengserkan seperti yang dialami Pak Habibie. Isu Jawa non Jawa itu fakta kawan, bukan isu,...Jenderal M.Jusuf,Habibie, sampai Baharuddin Lopa, adalah korban politik ala kejawen.

Ketiga, sosok tegas, cepat menanggapi situasi dan keras menghadapi tantangan seperti Pak JK, sangat ditakuti oleh kalangan kejawen. Banyak yang khawatir apabila JK naik menjadi pemimpin, maka kebobrokan pemerintah selama ini, mulai dari utang negara yang terbengkalai dan teru membengkak, ketidak becusan pusat mengelola NKRI, hingga kalangan pejabat yang korup, perekonomian yang tidak berjalan mensejahterakan rakyat, akan dibongkar habis oleh JK. Meskipun JK dalam banyak kampanye tidak pernah berjanji akan berantas korupsi dan sebagainya, paling tidak orang sudah bisa menilai JK dari tindakannya selama mendampingi SBY, dengan profil JK yang bersih dari KKN. Nah, mereka-mereka yang korup, pejabat-pejabat yang tidak bersih dan selama ini merasa aman di bawah pemerintah SBY, yang punya slogan anti KKN tapi cuma menyentuh segelintir orang saja, tidak rela kehilangan jabatan, kalau sampai JK naik. Pak JK dari awal sudah menentang piutang terhadap IMF, dan saya yakin, akan banyak pejabat yang diacak-acak oleh JK bila terpilih, utamanya kelompok American Boys dan kelompok Neolib yang sudah mengundang IMF ke Indonesia. Sebagai pengusaha, beliau tahu betul bahwa utang yang besar hanya akan memberatkan.

Mudah-mudahan kemenangan bagi SBY-BUDI tidak nambah beban dan utang negara. Karena klo utang terus bangsa ini akan segera runtuh. NKRI jadi taruhan. lebih baik akhiri hutang, putus IMF, uruslah bangsa secara mandiri....... Pikiran politik pak JK untuk kemandirian bangsa perlu jadi renungan presiden pemenang, kita semua dan generasi masa depan Indonesia. Indonesia adalah satu bukan milik Jawa Saja. Bahkan satu-satunya daerah yang bisa menandingi Jakarta adalah, Makassar. Satu Sidrap saja sudah bisa menandingi produksi beras seluruh pulau Jawa. Namun hal itu tidak membuat Makassar sombong dengan membantu saudara-saudaranya sebangsa, di daerah yang kritis pangan dan sebagainya.

Harus diakui bahwa JK memang kalah, sebab kurang cukup banyak orang Indonesia yang bersetuju dengan ide-ide kreatif, figur dan kualitas ketokohannya, namun agaknya Indonesia patut berterimakasih pada JK yang telah memberi pelajaran politik yang kreatif, santun, dan elegan. JK maju bukan karena dia Golkar, dia maju karena dia etnis Bugis Makassar yang ingin memperbaiki bangsa Indonesia.


2 comments:

nida dindissari said...

di jawa emang masih kental adat kejawennya,dukunnya, kiainya..masih ditakuti banyak orang...wajar aja JK kalah...walupun jk lebih pintar..hebat kreatif tapi kalah kalo melawan adat kejawen jawa kuno...

Anas Mufida said...

mendukung boleh tai jangan sampai mencela yang tidak didukung, dalam berpolitik harus ada kedewasaan sehingga setiap argumen yg keluar tetap dipandang rasional. dan yang paling penting yang kalah hrs lgowo menerima kekalahan dan yang menang jangn sampai takabbur. tidak perlu mencari kambing hitam dan menjelekkan yg lain, itulah bukti kita berpolitik secara dewasa.